Jangan pernah iri, jangan pernah dusta jika ingin masuk surga. Berikut ini kisah seorang muslim yang tidak punya amalan luar biasa, tapi menjadi calon ahli surga hanya karena dua hal, dia tidak pernah merasa iri terhadap seseorang yang dianugerahi nikmat oleh Allah Swt. Tidak pernah pula dia berdusta dalam melakukan segala kegiatanya. Dari Anas Bin Malik, suatu saat ketika Rasulullah saw. duduk di Masjid Nabawi dengan para sahabat dan berbincang-bincang dengan mereka. Tiba-tiba beliau bersabda, “Sebentar lagi seorang penghuni surga akan masuk kemari!” Semua mata para shabat yang berada disitu tertuju ke pintu masjid dan pikiran para sahabat pun membayangkan seorang yang luar biasa. “Penghuni surga, penghuni surga.” Demikian gumam mereka. Beberapa saat kemudian, masuklah seorang pria dengan air wudhu yang masih membasahi wajahnya. Apakah sebenarnya yang menjadi keistimewaan orang itu sehingga mendapat jaminan surga? Tidak seorang pun yang berani bertanya, walau semua sahabat menginginkan jawabannya. Keesokan harinya, peristiwa semula terulang kembali. Bahkan, pada hari ketiga pun terjadi hal yang sama. Putra gubernur pertama di Mesir ‘Amr bin al-‘Ash yang bernama Abdullah tidak tahan lagi, meski ia tidak berani dan masih khawatir mendapat jawaban yang tidak memuaskannya. Maka, timbullah suatu ide dalam benaknya. Dia pun mendatangi si penghuni surga tersebut sambil berkata, “Wahai saudaraku!
Telah terjadi kesalahpahaman antara aku dan orang tuaku. Karena itu, bolehkah aku menumpang di rumahmu selama tiga hari?” “Tentu, tentu,” jawab si penghuni surga yang ternyata adalah seorang Anshar bernama Sa’ad bin ‘Amr bin al-‘Ash. Selama menginap di rumah nya, Abdullah memperhatikan, mencermati, bahkan mengintip si penghuni surga, ternyata, tak ada sesuatu pun yang istimewa. Tidak ada ibadah khusus yang dilakukan si penghuni surga. Tidak ada shalat malam, tidak ada pula puasa sunah. Ia bahkan tidur dengan nyenyaknya hingga beberapa saat sebelum fajar. Memang sesekali ia menyebut nama Allah di pembaringannya, tetapi hanya sejenak dan tidurnya pun berlanjut. Selama siang hari, si penghuni surga berkerja dengan tekunnya. Ia ke pasar, seperti orang-orang lain yang juga biasa pergi ke pasar. “Pasti ada sesuatu yang disembunyikannya atau yang tak sempat kulihat. Aku harus berterus terang kepadanya,” demikian gumam ’Abdullah bin ‘Amr. “Apa yang engkau lihat, itulah saya!” jelas si penghuni surga kepada Abdullah saat ditanya tentang ibadah khususnya. Dengan rasa kecewa, Abdullah bin ‘Amr beranjak kembali ke rumah, tetapi tiba- tiba tangannya dipegang oleh sang penghuni surga seraya berkata, Sumber: http://kisahimuslim.blogspot.co.id
Telah terjadi kesalahpahaman antara aku dan orang tuaku. Karena itu, bolehkah aku menumpang di rumahmu selama tiga hari?” “Tentu, tentu,” jawab si penghuni surga yang ternyata adalah seorang Anshar bernama Sa’ad bin ‘Amr bin al-‘Ash. Selama menginap di rumah nya, Abdullah memperhatikan, mencermati, bahkan mengintip si penghuni surga, ternyata, tak ada sesuatu pun yang istimewa. Tidak ada ibadah khusus yang dilakukan si penghuni surga. Tidak ada shalat malam, tidak ada pula puasa sunah. Ia bahkan tidur dengan nyenyaknya hingga beberapa saat sebelum fajar. Memang sesekali ia menyebut nama Allah di pembaringannya, tetapi hanya sejenak dan tidurnya pun berlanjut. Selama siang hari, si penghuni surga berkerja dengan tekunnya. Ia ke pasar, seperti orang-orang lain yang juga biasa pergi ke pasar. “Pasti ada sesuatu yang disembunyikannya atau yang tak sempat kulihat. Aku harus berterus terang kepadanya,” demikian gumam ’Abdullah bin ‘Amr. “Apa yang engkau lihat, itulah saya!” jelas si penghuni surga kepada Abdullah saat ditanya tentang ibadah khususnya. Dengan rasa kecewa, Abdullah bin ‘Amr beranjak kembali ke rumah, tetapi tiba- tiba tangannya dipegang oleh sang penghuni surga seraya berkata, Sumber: http://kisahimuslim.blogspot.co.id
“Apa yang engkau lihat, itulah yang saya lakukan, ditambah sedikit lagi, saya tidak pernah merasa iri kepada seseorang yang dianugerahi nikmat oleh Allah Swt. Tidak pernah pula saya berdusta dalam melakukan segala kegiatan saya!” (HR. Ahmad)
Tag :
Mutiara
0 Komentar untuk "Sifat iri dengki dusta bagi seorang muslim"